- Cher Ami merupakan burung merpati yang menyelamatkan hampir 200 prajurit di medan pertempuran di Perang Dunia I. Tugasnya sebagai merpati pos, pembawa pesan komunikasi yang dibawa Angkatan Darat Amerika Serikat.
- Cher Armi membawa pesan yang diikatkan pada kakinya dan dia terbang ke kawasan musuh yang kemudian menembakinya. Dia terbang sejauh 40 kilometer selama 25 menit. Pesan yang dibawa Cher Ami berhasil mencapai markas sekutu dan penembakan dihentikan seketika.
- Pada 13 Juni 1919, Cher Ami mati di Fort Monmouth, New Jersey, akibat sejumlah luka yang didapatkannya saat menjalankan misi terakhir di Prancis. Tubuhnya diawetkan, dipajang di Smithsonian’s National Museum of American History, Washington DC.
- Cher Ami adalah spesies dari Columba livia domestica. Melalui analisis DNA moderen, yang dilakukan pada Juli 2021, pihak Smithsonian secara meyakinkan telah mengidentifikasi Cher Ami sebagai merpati jantan.
Cerita dari medan perang sering diisi dengan kisah-kisah pahlawan yang tidak diduga. Sering kita dengar, tentang orang-orang heroik yang memimpin dan memenangkan pertempuran, atau tentang pasukan kecil yang mampu mengalahkan pasukan lebih besar.
Kisah satu ini, sebenarnya tidak disangka-sangka, yakni tentang seekor merpati yang diberi nama Cher Ami [dari Bahasa Prancis yang berarti “Dear Friend”], yang menyelamatkan hampir 200 prajurit di medan pertempuran di Perang Dunia I.
Perang Dunia I adalah perang terbesar yang terjadi dalam sejarah umat manusia, sebelum rekor itu dikalahkan Perang Dunia II. Begitu hebatnya Perang Dunia I [PD I] , hingga dijuluki sebagai The Great War [perang besar], atau The War to end All wars [perang untuk mengkahiri semua peperangan].
Perang ini berlangsung dari Juli 1914 hingga November 1918 yang sebagian besar terjadi di Benua Eropa, merembet terbatas hingga kawasan lain di seluruh dunia. Total korban tewas diperkirakan sebanyak 22 juta jiwa.
Meskipun teknologi perang sudah cukup maju kala itu dengan menggunakan tank, pesawat terbang, juga senjata berat, namun banyak ‘teknologi kuno’ yang masih dipakai. Salah satunya adalah teknologi komunikasi di medan perang, baik itu antar-unit tempur, maupun komunikasi garis depan dengan markas.
Dalam peperangan, komunikasi memegang peranan amat penting. Saat itu, teknologi radio sebagai alat komunikasi sudah digunakan luas, namun masih mudah diintersepsi/diretas musuh. Akhirnya, para pelari cepat, juga kurir sepeda, hingga merpati pos, dipakai untuk membawa pesan-pesan penting. Ya, merpati pos.
Baca: Mengapa Beberapa Jenis Burung Memiliki Kecerdasan Luar Biasa?
Sekitar 100.000 merpati memainkan peran penting pada PD I. Mereka adalah alat komunikasi sempurna, dapat diangkut dengan mudah, memiliki tingkat perawatan mudah dan murah, dan memiliki kemampuan homing sangat kuat. Pesan-pesan kecil akan diamankan dalam sebuah tabung logam yang menempel di kaki mereka, dilepaskan di medan perang atau bahkan dari pesawat.
Mereka berperan sangat penting dalam upaya peperangan, sehingga Pemerintah Inggris mengeluarkan hukuman penjara 6 bulan kepada siapa pun yang mengganggu merpati-merpati tersebut.
Cher Ami ada di pihak sekutu, yang dibawa Angkatan Darat Amerika Serikat. Dikutip dari Smithsonian, selama PD I, Korps Sinyal Angkatan Darat AS menerbangkan 600 burung merpati di medan peperangan di Prancis untuk mengirim komunikasi penting antar-para komandan di garis depan. Cher Ami diberi tugas dalam 12 misi pengiriman pesan selama hidupnya. Dari sinilah kisah heroiknya bermula.
Baca: Merpati Batu, Burung Dara yang Mendunia
Tanggal 3 Oktober 1918, dalam pertempuran Meuse-Argonne di medan perang Prancis, satu batalyon AD AS pimpinan Mayor Whittlesey yang terdiri lebih dari 500 orang terpisah dari batalyon-batalyon AS lain dan waktu itu sudah dikepung musuh. Dalam hal ini adalah Jerman [kelak, batalyon ini dikenal sebagai “The Lost Batallion” atau batalyon yang hilang].
Batalyon ini mendapatkan serangan bahkan dari tentara AS sendiri yang tak tahu posisi mereka. Pada hari berikutnya, kurang dari 200 orang yang masih hidup, beserta Cher Ami, sang merpati. Mayor Whittlesey mengikatkan pesan singkat pada kaki Cher Ami dan burung pemberani itu terbang ke kawasan musuh yang kemudian menembakinya. Dia terbang sejauh 40 kilometer selama 25 menit. Beberapa merpati yang diterbangkan sebelumnya, sudah ditembak jatuh oleh musuh, dikutip dari all that’s interesting.
Sepanjang jalan, Cher Ami mengalami cedera parah, tetapi tak berhenti. Cher Ami mencapai kandangnya di markas tentara AS, dengan luka bekas peluru di tulang dada, dan satu matanya buta. Tabung pesan dari Mayor Whittlesey tergantung di salah satu kakinya yang hancur, tergantung di tendonnya.
Baca juga: Dijuluki Merpati Bermahkota, Burung Ini Hanya Ada di Papua
Pesan itu berbunyi “We are along the road parallel to 276.4. Our own artillery is dropping a barrage directly on us. For heaven’s sake, stop it.” Atau, “[Pasukan] kami berada di sepanjang jalan yang sejajar dengan 276,4. Artileri kita sendiri menjatuhkan rentetan tembakan langsung ke arah kita. Demi Tuhan, hentikan.”
Pesan yang dibawa Cher Ami berhasil mencapai markas sekutu dan penembakan dihentikan seketika. Akhirnya, para prajurit yang terkepung dan sudah putus asa tersebut berhasil ditemukan, kembali ke tempat yang aman.
Kisah ini begitu terkenal dalam sejarah Angkatan Darat AS. Bahkan Jenderal John Pershing, jenderal paling legendaris sekutu di PD I, memberikan hormat kepada Cher Ami saat hendak dikirim kembali ke AS, dan memberikan pernyataan singkat: “There isn’t anything the United States can do too much for this bird.”
Pada 13 Juni 1919, Cher Ami mati di Fort Monmouth, New Jersey, akibat sejumlah luka yang didapatkannya saat menjalankan misi terakhir di Prancis. Tubuhnya diawetkan, dipajang di Smithsonian’s National Museum of American History, Washington DC.
Cher Ami adalah spesies dari Columba livia domestica. Catatan masa perang dari Korps Sinyal Angkatan Darat AS mengatakan Cher Ami merupakan merpati betina. Meski begitu, selama satu abad lebih, museum Smithsonian selalu menyebut Cher Ami sebagai merpati jantan.
Melalui analisis DNA moderen, yang dilakukan pada Juli 2021 lalu, misterinya terungkap oleh tim kurator dan ilmuwan. Pihak Smithsonian secara meyakinkan telah mengidentifikasi Cher Ami sebagai merpati jantan. [Berbagai sumber]