- Pari kekeh adalah primadona tangkapan nelayan. Berdasarkan IUCN Red List keberadaan jenis pari ini semakin berkurang di alam.
- Dengan permodelan statistika, para peneliti Indonesia memetakan populasi dan penangkapan dua jenis pari kekeh Rhynchobatus australiae dan Rhina ancylostoma. Dari enam jenis pari kekeh di Indonesia, dua jenis ini yang paling sering ditangkap.
- Hasil penelitian menunjukkan penangkapan Rhina ancylostoma berbahaya untuk populasinya di alam.
- Sedang untuk Rhynchobatus australiae, penangkapannya masih belum berpengaruh pada populasinya di alam. Meski demikian, diperlukan pengelolaan yang baik dan terencana untuk menjaga populasinya.
Jenis-jenis ikan pari diketahui tersebar di perairan pesisir dan dangkal di sekitar Samudera Pasifik hingga Benua Afrika. Perairan Indonesia sendiri menjadi pusat keanekaragaman pari karena letaknya di jantung perairan Indo-Pasifik, -dengan dua laut luas, yaitu Laut Jawa dan Arafura.
Dari sisi kesehatan ekosistem, jenis-jenis hiu dan pari yang masuk dalam keluarga ikan bertulang rawan (elasmobranchii), menempati posisi sebagai apex predator atau predator tingkat atas yang penting dalam rantai makanan dan mengendalikan ekosistem di laut.
Mengacu pada IUCN Red List, maka ada beberapa jenis pari, khususnya keluarga pari kekeh (wedgefish) yang masuk dalam Critically Endangered atau kritis terancam punah. Jenis pari kekeh ini masih berkerabat dekat dengan pari gergaji yang telah dinyatakan punah di sebagian perairan Indo-Pasifik.
“Pari kekeh ini jenis dari pari yang paling diminati karena harga baik sirip dan dagingnya yang tinggi di pasaran,” sebut Wanwan Kurniawan, peneliti pari dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Wanwan menyebut dari enam spesies pari kekeh di Indonesia, ada dua jenis yang dominan ditangkap. Yaitu, Rhynchobatus australiae (whitespotted guitarfish) dan Rhina ancylostoma (shark ray).
Rhynchobatus australiae di Indonesia memiliki beragam nama lokal seperti liongbun atau petong gitar di Jawa. Di Bali ia dikenal dengan nama paredung, di Lombok dikenal dengan nama pangrum dan hiu lontar di Bajo.
Adapun Rhina ancylostoma di Jawa dikenal dengan nama yunbun karang, di Bali dikenal sebagai hiu barong dan di Lombok dengan nama kupu-kupu brangkas.
Baca juga: Apakah Laut Jawa Masih Potensial untuk Perikanan?
Pentingnya Data Sains untuk Pari Kekeh
Karena statusnya yang terancam punah para peneliti yang berasal dari LIPI, IPB University, Fisheries Resources Centre Indonesia (FRCI)-Rekam Nusantara Foundation, WWF-Indonesia, BPSPL dan Kementrian Kelautan Perikanan Indonesia melakukan penelitian kolaboratif untuk memetakan populasi keduanya.
Tujuan penelitian ini agar ke depan hasilnya dapat digunakan oleh para pemangku kebijakan sebagai panduan untuk menentukan pola manajemen keberlanjutan terhadap kedua spesies pari kekeh ini.
Penelitian ini menggunakan analisis permodelan statistik dengan data sampel yang berasal dari Perairan Selat Karimata, pesisir Laut Jawa dan Pantai Timur Kalimantan yang berbatasan dengan Selat Makassar.
“Berbeda dengan satwa darat, maka populasi ikan sulit untuk digambarkan secara gamblang. Oleh karena itu permodelan secara statistik digunakan untuk mengetahui populasinya di alam,” jelas Wanwan memberi alasan mengapa permodelan statistik yang digunakan.
Tim peneliti menganalisis ribuan data panjang kedua spesies dari beberapa lokasi pendaratan ikan dari tahun 2017 hingga 2019.
Dengan matematis, para peneliti mencari koefisien pertumbuhan kedua jenis pari ini. Semakin tinggi koefisien pertumbuhan, maka ikan diasumsikan cepat bertambah panjang dan dapat cepat bereproduksi.
Berbeda dengan ikan jenis lainnya, untuk ikan-ikan seperti hiu dan pari para peneliti umumnya menjumpai koefisien pertumbuhan yang berada di angka yang rendah. Tak jarang ikan-ikan yang tertangkap nelayan berada di rentang ukuran anakan hingga dewasa. Namun lebih banyak lagi ikan yang tertangkap dalam ukuran yang belum mencapai panjang dewasa.
Baca juga: Hiu Berjalan Halmahera, Jenis Unik yang Tidak Bakal Ditemukan di Perairan Lain
Kondisi Kritis untuk Hiu Barong
Dari hasil pengukuran tangkapan serta kondisi demografi yang ada, penangkapan Rhina ancylostoma telah berada dalam tingkat berbahaya bagi keberadaan populasinya di alam. Artinya kondisi populasi shark ray atau hiu barong di alam sudah dalam kondisi sangat kritis.
Sedangkan untuk jenis Rhynchobatus australiae, hasil temuan menunjukkan upaya penangkapan yang dilakukan masih belum berpengaruh terhadap kondisi populasi mereka di alam.
Namun demikian, -dengan mempertimbangkan kerentanan alaminya, jika tidak dijaga, bukan tidak mungkin kedua jenis pari kekeh ini akan menyusul pari gergaji untuk hilang dari alam.
“Kalau kita melindungi ikan yang muda, dari umur 0 hingga mulai pertama kali bereproduksi sebenarnya laju pertumbuhan bisa berubah drastis,” jelas Wanwan lebih lanjut.
“Sementara untuk jenis Rhynchobatus australiae intensitas penangkapan saat ini masih aman kendati diperlukan pengelolaan agar tetap lestari dan bisa dimanfaatkan,” sebutnya.
Dari hasil analisis elastisitas yang dilakukan, Wanwan menyarankan untuk mencapai pengelolaan berkelanjutan bagi hiu barong dapat ditetapkan kuota. Dengan mengurangi penangkapan ikan muda bisa mendorong pertumbuhan populasi menjadi lebih baik kembali di alam.
Wanwan menyebut hasil penelitian ini menjadi langkah maju untuk semakin memahami dunia riset hiu dan pari. Khusus untuk para peneliti Indonesia, ini penting dilakukan karena perairan Indonesia menjadi hot spot dan highlight tentang konservasi hiu dan pari di dunia.
Baca juga: Pari Kekeh dan Pari Kikir Kini Terancam Langka
Peran Pari Kekeh di Alam
Benaya M. Simeon, peneliti FRCI yang turut dalam penelitian ini, menyebut hasil yang diperoleh ini amat penting dalam menentukan manajemen pengelolaan dari dua spesies ini di Indonesia.
“Pari kekeh memegang peranan penting di area pesisir dan dangkal di habitat yang sesuai ukuran tubuhnya. Pari kekeh ukuran kecil hidup di muara sungai, yang lebih besar di perairan yang lebih dalam,” tutur Benaya.
Karena kebiasaan hiu dan pari ini suka bergerombol sesuai dengan ukurannya, atau usianya, ia menjadi apex predator di setiap lapisan pada piramida makanan.
Semakin banyaknya kerusakan di wilayah pesisir dan kerentanan biologi, sebut Benaya akan membuat ancaman keberadaan jenis-jenis pari kekeh semakin tinggi.
Di sisi lain karena pari kekeh bernilai sangat tinggi secara ekonomi, -dan sering ditangkap oleh nelayan kecil yang tidak mengkhususkan menangkap ikan ini, maka diperlukan model pengelolaan yang baik berdasarkan data sains.
Baca juga: Populasi Turun Drastis, KKP Terbitkan RAN Konservasi Hiu
Referensi
Hasil penelitian ini sendiri telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah internasional:
Population Status of Two Wedgefish Species in Western Indonesian Inner Waters, Inferred from Demographic Models with Limited Data. Journal of Ichthyology, 2021, Vol. 61, No. 3, pp. 433–451. ISSN 0032-9452 © Pleiades Publishing, Ltd., 2021