- Pakan ikan menjadi bagian tak terpisahkan dari perikanan budi daya di seluruh dunia, utamanya di Indonesia. Kebutuhan akan pakan ikan kemudian melonjak tajam, setelah perikanan budi daya ditetapkan sebagai salah satu prioritas utama pembangunan ekonomi nasional
- Pakan ikan dibutuhkan, karena bermanfaat untuk proses dari mulai pembenihan, pendederan, hingga pembesaran ikan dan udang yang menjadi target utama produksi. Setiap tahapan produksi, memerlukan pakan ikan yang berbeda
- Untuk kebutuhan produksi 2024 yang mengikuti target produksi perikanan budi daya secara nasional dengan 22,65 juta ton, kebutuhan pakan ikan minimal mencapai 12-13 juta ton. Kebutuhan tersebut dihitung dari 41,5 persen produksi yang berasal dari komoditas ikan dan udang
- Agar produksi pakan bisa memenuhi standar kualitas dunia, penggunaan tepung ikan menjadi kunci yang harus dipahami oleh banyak pihak, terutama pelaku usaha pakan ikan industri dan mandiri. Para pelaku usaha mendapatkan pengarahan langsung dari Komite Pengarah penyediaan tepung ikan
Pemerintah Indonesia sedang berinovasi untuk bisa mewujudkan ketersediaan pakan ikan mandiri minimal sebanyak 12-13 juta ton pada 2024 mendatang. Kebutuhan tersebut dihitung dari target produksi perikanan budi daya yang ditetapkan sebesar 22,65 juta ton pada 2024.
Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) Slamet Soebjakto menjelaskan, dengan target yang sudah ditetapkan itu, sebanyak 41,5 persen di antaranya merupakan target produksi dari komoditas ikan dan udang.
“Itu memerlukan pakan untuk pencapaiannya,” tutur dia pekan lalu di Jakarta.
Menurut dia, agar kebutuhan pakan bisa terpenuhi sesuai estimasi pada 2024, diperlukan dukungan dari pabrikan maupun produksi pakan mandiri. Cara tersebut diyakini akan bisa mewujudkan ketersediaan sebanyak 12-13 juta ton pakan.
Sebelum ada estimasi kebutuhan untuk pakan pada 2024, KKP mengklaim sudah mulai melaksanakan inisiasi program pakan mandiri pada 2015. Kegiatan yang diberi nama Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari) itu bertujuan untuk mendorong aktif penggunaaan bahan baku alternatif lokal dengan kualitas dan harga yang bersaing.
baca : Bertahan di Tengah Wabah COVID-19 dengan Pakan Ikan Mandiri
Di sisi lain, Slamet juga mengungkapkan bahwa ketersediaan pakan di masa mendatang sangat berkaitan erat dengan situasi yang dibangun sejak dari sekarang. Contohnya, upaya yang dilakukan Pemerintah dengan memberikan produsen pakan ikan mandiri kenyamanan dan keamanan untuk berusaha.
KKP sendiri, memastikan bahwa pakan mandiri yang diproduksi sudah memenuhi standardisasi kualitas pakan dengan pendaftaran pakan yang beredar, baik yang diproduksi maupun yang impor. Jaminan tersebut akan melindungi usaha produsen pakan agar bisa berkelanjutan dari sisi lingkungan dan ekonomi.
“Produsen pakan pada awal pandemi COVID-19 sepakat menunda kenaikan harga pakan, sehingga tidak menimbulkan kepanikan para pembudi daya yang tengah mengalami kesulitan,” jelas dia.
Slamet berharap, tantangan perikanan budi daya yang akan dihadapi pada masa mendatang bisa menjadi pemicu semangat bagi semua pihak untuk sama-sama bisa memenuhi kebutuhan pakan ikan yang efisien dan berkualitas.
“Kami harapkan agar seluruh pemangku kepentingan yang bergerak di bidang pemenuhan kebutuhan pakan dapat berkerja sama dan selalu berkoordinasi untuk kesejahteraan bersama,” tambah dia.
Secara umum, Slamet menyebutkan bahwa saat ini kebutuhan pakan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan itu harus bisa dipenuhi dari sisi produksi dengan penambahan kapasitas produksi dan sebaran distribusi yang semakin merata ke seluruh Indonesia.
“Agar ketersediaan pakan ikan atau udang ini dapat terpenuhi,” pungkasnya.
baca juga : Ini Cara KKP Manfaatkan Limbah Sawit untuk Pakan Ikan
Pakan Alami
Sebelum itu, Slamet juga sudah menyampaikan tanggapan tentang pakan ikan dalam sebuah kegiatan di Jakarta belum lama ini. Menurut dia, kebutuhan pakan alami untuk budi daya perikanan sudah menjadi kebutuhan yang mendesak di Indonesia, terutama sebagai pakan untuk udang.
Di Indonesia, ketersediaan pakan alami masih bisa ditemukan dengan mudah di sejumlah daerah. Sebut saja Phronima Suppa (Phronima sp), Strain, ataupun Moina yang masih bisa tumbuh dan berkembang dengan alami di banyak tempat di Indonesia.
“Pakan alami akan memenuhi kebutuhan pakan untuk pembesaran benih ikan dan udang,” ucap dia.
Khusus untuk pembenihan, ketersediaan pakan alami yang cukup sangat dibutuhkan dan menjadi hal yang penting, mengingat pakan alami akan membantu proses pembenihan untuk menghasilkan benih yang baik dan berkualitas.
Tentang tiga pakan alami yang disebut di atas, itu menjadi penanda bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya dan berlimpah. Pakan-pakan alami yang selama ini menjadi hewan endemik di daerah, diharapkan bisa dirasakan manfaatnya di daerah lain.
Keberadaan pakan alami sendiri sudah menjadi bagian dari riset para pakar yang bekerja pada bidangnya masing-masing dan berkontribusi pada ilmu budi daya perikanan. Untuk itu, diharapkan mereka semua bisa menyebarkan ilmunya, khususnya untuk pemanfaatan pakan alami.
“Dengan harapan, semakin banyak pelaku usaha budi daya, khususnya pelaku usaha pembenihan yang dapat mengaplikasikan kegiatan budi daya pakan alami untuk meningkatkan margin pendapatannya,” jelas dia.
perlu dibaca : Maggot, Bahan Pakan Ikan Alternatif yang Murah dan Mudah
Slamet menambahkan, kebutuhan pakan alami yang terus meningkat dari waktu ke waktu diikuti dengan produksi perikanan budi daya yang juga memperlihatkan proses yang meningkat setiap tahunnya. Semua proses tersebut akan bermanfaat untuk pengembangan pakan alami dan manfaatnya secara ekonomi bagi warga dan juga para pembudi daya ikan.
Dengan kata lain, kebutuhan yang besar terhadap pakan alami menjadi sebuah peluang yang harus dimaksimalkan oleh produsen dalam negeri untuk dapat membangun industri pakan alami agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Ketua Divisi Akuakultur Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Haris Muhtadi menyebutkan bahwa kesiapsiagaan menghadapi persaingan yang semakin ketat di masa mendatang, baik di dalam dan di luar negeri, adalah sesuatu yang sangat penting.
Menurut dia, Indonesia termasuk negara yang tangguh karena bisa menghadapi situasi saat COVID-19 sedang menjadi pandemi dunia. Sementara, di saat yang sama banyak negara lain yang tidak bisa berbuat hal serupa seperti yang Indonesia lakukan.
“Itu karena kebijakan dan langkah antisipasi yang diterapkan oleh Pemerintah, berimbas kepada penurunan produksi nasional yang kecil,” tutur dia.
baca juga : Limbah Sawit Dipilih untuk Bahan Baku Pakan Ikan, Seperti Apa Itu?
Tepung Ikan
Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri menambahkan bahwa sektor dengan pertumbuhan paling cepat dalam ekonomi pangan dunia saat ini tidak lain adalah subsektor perikanan budi daya. Pertumbuhan tersebut mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Selain itu, pertumbuhan perikanan budi daya dewasa ini juga mampu menciptakan efek berlipat ganda dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, terutama di daerah pesisir dan pedesaan. Dengan fakta tersebut, Pemerintah indonesia menempatkan perikanan budi daya sebagai salah satu prioritas utama pembangunan ekonomi Negara.
“Pemerintah Indonesia telah membuat komitmen untuk melakukan ekspansi besar-besaran dalam industri akuakultur, yang sebagian besar akan didasarkan pada spesies yang diberi makan seperti udang dan ikan tropis,” ujar Rokhmin menyebut jenis ikan tropis seperti seabass, kerapu, kakap, dan silver pompano.
Penetapan prioritas utama tersebut juga berdampak pada banyak kebijakan yang sudah dan akan dikeluarkan oleh Pemerintah. Termasuk, dengan membentuk Komite Pengarah penyediaan tepung ikan untuk pengembangan produksi akuakultur. Langkah tersebut menjadi strategis untuk pengembangan budi daya perikanan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Komite akan memastikan pabrikan dan pelaku usaha pakan ikan mandiri bisa mendapatkan pemahaman yang benar tentang penggunaan bahan pakan saat ini. Selain itu, mereka juga bisa menganalisa kebutuhan bahan baku tepung ikan, dan melakukan kajian mengenai tingkat produksi tepung ikan lokan serta sumbernya.
Untuk langkah selanjutnya, Rokhmin menjelaskan bahwa Komite Pengarah akan mengembangkan strategi dan rencana kerja lima tahun untuk memastikan bahwa perluasan produksi akuakultur yang diusulkan dapat dicapai dan bekerlanjutan.
“Dengan basis informasi yang kuat sebagai pendukung strategi tersebut,” tegas dia.
Diketahui, jumlah pakan ikan yang telah terdaftar di KKP hingga September 2020 adalah sebanyak 1.506 merek. Dari jumlah tersebut, pakan ikan dan atau udang yang telah terdaftar adalah pakan yang diproduksi oleh proadusen pakan industri (importir) sebanyak 1.4722 merek.
Sementara, untuk pakan ikan yang sudah terdaftar dan dibuat produsen pakan ikan mandiri adalah terdiri dari 19 merek. Selain itu, masih ada juga pakan ikan yang terdaftar dan diproduksi oleh unit pelaksana teknis (UPT) DJPB sebanyak 15 merek.