- Delapan tahun lebih Kabupaten Pangandaran menjadi daerah otonomi baru (DOB) dengan melepaskan diri dari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Selama waktu tersebut, Pangandaran berusaha berlari untuk mengejar daerah lain yang lebih mapan
- Dalam mengembangkan dirinya, Pangandaran langsung menasbihkan dirinya sebagai pusat pariwisata pantai dan pesisir di Jawa Barat. Pengembangan tersebut mendapat dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang membantu penataaan sarana dan prasarana yang ada di pesisir Pantai Pangandaran
- Pengembangan pariwisata Pangandaran ternyata tak bisa dilepaskan dari sektor kelautan dan perikanan yang juga sama-sama sudah lama ada di daerah tersebut. Namun, sektor perikanan sampai sekarang masih sebatas pelengkap untuk pengembangan pariwisata saja
- Bukti bahwa perikanan hanya pelengkap, sarana perahu yang digunakan nelayan ikut diperbantukan untuk perahu bagi wisatawan yang berwisata di atas air. Begitu juga dengan hasil laut dari nelayan, mayoritas dipasarkan untuk memasok kebutuhan hotel dan restoran di Pangandaran
- Artikel ini merupakan tulisan pertama dari empat tulisan tentang kondisi dan potensi ekonomi terutama perikanan dan kelautan di Kabupaten Pengandaran
Tak pernah ada yang tahu jika sebuah kawasan teluk yang dulunya hanya tempat untuk bersandar perahu nelayan, di masa mendatang akan menjadi salah satu kawasan yang diperhitungkan. Bukan hanya di Jawa Barat yang menjadi induk provinsi, namun juga di Indonesia yang menjadi menaungi 34 provinsi sekarang.
Itulah Pangandaran, destinasi pariwisata andalan Jawa Barat yang saat ini terus didata. Wilayah yang baru berdiri menjadi daerah otonomi baru (DOB) pada 25 Oktober 2012 itu, sejak lama dikenal sebagai destinasi pariwisata yang lengkap, dari laut sampai ke darat.
Sebagai daerah yang berlokasi di kawasan pesisir pantai selatan pulau Jawa, Pangandaran lebih dulu dikenal sebagai destinasi pariwisata bahari yang disukai oleh masyarakat Jawa Barat dan sekitarnya. Hampir setiap akhir pekan dan hari libur nasional, daerah tersebut selalu diserbu wisatawan nusantara dan mancanegara.
Dengan luas 1.680 kilometer persegi, Kabupaten Pangandaran langsung menjadi daerah baru yang sangat menonjol di Jabar. Dari sepuluh kecamatan yang ada, enam kecamatan sudah dideklarasikan sebagai pusat wisata pantai dan pesisir dan memiliki garis pantai sepanjang 91 km.
Keenam kecamatan itu adalah Pangandaran, Parigi, Sidamulih, Cimerak, Cijulang, dan Cigugur. Di enam kecamatan tersebut, perlahan namun pasti mulai dikembangkan berbagai destinasi pariwisata yang berfokus pada kawasan pantai dan pesisir.
baca : Penataan Perairan Umum Dimulai dari Pangandaran, Seperti Apa?
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata menjelaskan, saat berdiri sebagai kabupaten sendiri, Pangandaran langsung tancap gas untuk mengembangkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan untuk mendulang pendapatan asli daerah (PAD).
Pengembangan tersebut mendapat dukungan penuh dari Pemprov Jabar yang kemudian ikut berperan dalam proses penataan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan pariwisata di Pangandaran.
Dalam sebuah kesempatan di Pangandaran, Jeje mengatakan bahwa pariwisata Pangandaran sampai kapan pun tidak akan pernah bisa dipisahkan dari kawasan pantai dan pesisir. Menurut dia, Pangandaran bisa menjadi populer seperti sekarang, memang karena peran dari pantai-pantai yang sekarang ada.
“Makanya, kita juga berkomitmen untuk ikut mengembangkan sektor kelautan dan perikanan sebagai bagian dari bagian pariwisata Pangandaran sekarang,” ucap dia belum lama ini.
baca juga : Keramba Jaring Apung Lepas Pantai Pertama Segera Beroperasi di Pangandaran
Pariwisata
Pelibatan untuk sektor kelautan dan perikanan dalam pariwisata, adalah dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang biasa digunakan untuk menangkap ikan oleh nelayan. Perahu-perahu kecil yang ada di sekitar pantai, bisa dimanfaatkan untuk kegiatan berwisata di atas air di sekitar pantai.
Selain perahu, sektor kelautan dan perikanan juga menjadi bagian tak terpisahkan, karena hasil laut yang ditangkap oleh nelayan menjadi konsumsi untuk para wisatawan. Ikan-ikan tersebut akan diolah oleh hotel dan restoran yang ada di seluruh Pangandaran.
“Jadi bukan hanya pantai saja yang berkaitan erat dengan sektor kelautan dan perikanan untuk pariwisata, namun juga ada hasil produksi nelayan dan sarana prasarana milik nelayan yang ikut berkontribusi untuk pariwisata,” sebut Jeje.
Mengingat pentingnya sektor kelautan dan perikanan untuk pariwisata, Jeje juga berjanji akan mengangkat sektor tersebut secara khusus. Dengan pengembangan yang dilakukan, diharapkan potensi perikanan yang belum tergarap secara maksimal akan bisa dimanfaatkan suatu hari nanti.
Namun, untuk bisa mengembangkan sektor perikanan dengan baik, perlu perjuangan ekstra keras yang harus dilakukan semua pihak, termasuk masyarakat dan pelaku usaha perikanan, khususnya nelayan yang biasa mencari ikan.
Salah satu upaya yang sedang dilakukan, adalah dengan menggaet lembaga pendidikan yang ada di Pangandaran seperti Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran. Melalui lembaga pendidikan tersebut, warga asli Pangandaran dididik secara formal untuk bisa mengembangkan sektor kelautan dan perikanan.
“Harapannya memang mereka yang belajar di Poltek, bisa ikut mengembangkan Pangandaran nantinya, khusus untuk perikanan,” tuturnya.
Jeje menambahkan, nelayan yang ada di Pangandaran saat ini jumlahnya mencapai 5.335 orang dan menyebar di seluruh kecamatan. Dari jumlah tersebut, nelayan yang sudah mendapatkan kartu pelaku usaha kelautan dan perikanan (KUSUKA) mencapai 2.662 orang.
perlu dibaca : Kenapa Pelepasliaran Benih Lobster Sering di Pangandaran?
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pangandaran Agus Mulyana Savana pada kesempatan terpisah menjelaskan, Pangandaran sejatinya memang destinasi pariwisata yang dibangun menjadi DOB yang terpisah dari daerah induk, yakni Kabupaten Ciamis.
Sebagai destinasi wisata unggulan di Jawa Barat, Pangandaran selalu bisa menghadirkan sesuatu yang baru bagi wisatawan yang datang. Pengembangan tersebut dilakukan, agar destinasi wisata tidak hanya bergantung pada wisata pantai dan pesisir saja.
Melalui pengembangan yang terus dilakukan, Pangandaran kini tidak lagi hanya bergantung pada wisata pantai dan pesisr, namun juga wisata budaya dan alam seperti desa wisata Kertayasa, body rafting, dan air terjun.
Perikanan
Agus Mulyana Savana menerangkan, meski di Jabar sudah bisa disebut sebagai destinasi wisata pantai dan pesisir paling baik dari sisi manajemen dan sarana prasarananya, namun Pangandaran masih harus terus memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik di masa mendatang.
“Pangandaran harus bisa menjadi contoh untuk daerah lain dalam mengembangkan pariwisatanya, terutama wisata pantai dan pesisir,” ucap dia.
Perlunya pengembangan lebih lanjut, karena Agus sadar bahwa Pangandaran untuk sekarang akan mengandalkan penuh sektor pariwisata sebagai sektor utama untuk mendapatkan rupiah. Meskipun, ada sektor lain yang juga sama besar potensinya jika dikembangkan.
Selain itu, pengembangan harus dilakukan, karena masih banyak destinasi lain yang bisa berkembang dan menjadi tujuan wisata populer seperti halnya di lima destinasi yang saat ini sudah berkembang seperti Pantai Krapyak, Pantai Pangandaran, Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas, dan Green Canyon.
Salah satu bukti kenapa Pangandaran sangat diperhitungkan, adalah keputusan Pemprov Jabar untuk ikut mengembangkan sarana dan prasarana yang ada sekarang. Pengembangan itu, terutama sangat terlihat secara kasat mata di sepanjang Pantai Barat dan Timur yang masuk wilayah Pantai Pangandaran.
“Memang faktanya Pangandaran itu masih berkembang karena pariwisatanya. Tapi tidak menutup kemungkinan jika suatu hari nanti ada sektor lain yang bisa mendongkrak perekonomian Pangandaran juga,” tegas dia.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, dan Ketahanan Pangan (KPKP) Rida Nirwana Kristiana yang ditemui terpisah di Pangandaran, mengakui kalau potensi sumber daya alam yang ada di Pangandaran tak hanya terbatas untuk dimanfaatkan sebagai destinasi pariwisata saja.
“Perikanan adalah salah satu yang bisa dikembangkan. Namun itu memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang baik untuk prosesnya,” ungkapnya yang ditemui awal September.
Dengan kondisi sekarang, Rida menyebutkan kalau sumber daya perikanan yang ada di kawasan pesisir dan pantai lebih banyak dimanfaatkan untuk keperluan sektor pariwisata. Hasil perikanan yang diproduksi oleh nelayan, sebagian besar digunakan untuk memasok kebutuhan hotel dan restoran di Pangandaran.
“Kita berkomitmen untuk terus mengembangkan perikanan di Pangandaran. Hanya saja, itu semua butuh proses yang panjang,” jelas dia.
Selain perikanan tangkap yang menyimpan potensi besar untuk dikembangkan, Rida menyebutkan bahwa di Pangandaran juga ada potensi perikanan budi daya yang menyimpan potensi tak kalah besarnya. Seperti halnya perikanan tangkap, budi daya juga memerlukan SDM yang mumpuni.