- Kucing liar ini merupakan jenis terkecil di dunia. Ukurannya sebesar kucing rumah, telinga kecil, bulat, wajah mirip dengan anak cheetah, dengan ekor bergaris bulu lebat.
- Uniknya, suara kucing ini justru mirip kicauan burung.
- Kucing ini dikenal sebagai güiña [Leopardus guigna], kodkod, atau kucing Chile. Habitatnya adalah hutan subtropis di Chile selatan dan tengah, juga di Argentina barat.
- Menurut keterangan Animal Diversity Web, terdapat dua subspesies güiña, yaitu Leopardus guigna tigrillo dan Leopardus guigna guigna.
Inilah salah satu kucing liar dengan ukuran terkecil di dunia. Ukurannya sebesar kucing rumah, dengan telinga kecil, bulat, dan wajahnya mirip dengan anak cheetah, sedangkan ekornya bergaris-garis dengan bulu yang lebat.
Yang paling unik, suaranya justru mirip kicauan burung. National Geographic berhasil merekam suara kucing unik ini dan menjadi rekaman pertama di dunia.
Kucing ini dikenal sebagai güiña [Leopardus guigna], kodkod, atau kucing Chile. Habitatnya adalah hutan subtropis di Chile selatan dan tengah, juga di Argentina barat.
Güiña memiliki berat antara 2-3 kg, panjang tubuh sekitar 50 cm, dan ekornya sekitar 25 cm, berdasarkan keterangan Animal Diversity Web [ADW], database sejarah dan klasifikasi alam yang dikelola Museum Zoologi, University of Michigan, AS.
Kucing kecil ini memiliki kaki dan cakar besar, yang membantu mereka memanjat pohon di habitat hutannya yang sedang. Seperti halnya dengan sebagian besar dari 33 spesies kucing liar kecil di planet ini, güiña memiliki bulu-bulu yang terlihat merona mulai dari perak hingga cokelat. Karena kucing “langka dan tertutup” sedikit yang diketahui tentang bagaimana mereka berkomunikasi, menurut ADW, dikutip dari Live Science.
Baca: 5 Jenis Kucing Liar di Dunia yang Paling Genting Populasinya
Baru-baru ini, güiña menjadi spesies ke-10.000 yang difoto untuk mengisi album National Geographic Photo Ark, sebuah bank foto satwa yang menggambarkan keanekaragaman hayati seluruh dunia.
Joel Sartore adalah fotografer di balik proyek ini. Ribuan hewan telah dijepret oleh Sartore, lebih satu dekade terakhir yang menampilkan keindahan berbagai spesies satwa seluruh dunia. Salah satunya, foto-foto güiña yang lucu dan anggun. Dalam sesi pemotretan inilah diketahui suara guina yang berkicau seperti burung.
Seperti banyak spesies kucing liar kecil lainnya, güiña adalah “kucing yang sangat misterius,” kata Sartore kepada National Geographic. “Mereka hidup dalam persembunyiam”.
Sifat pemalunya yang khas dan jumlah populasi yang relatif rendah membuatnya sulit untuk mempelajari kucing tersebut. Rekaman audio Sartore adalah tambahan berharga untuk pengetahuan terbatas yang kita miliki tentang spesies yang jarang terlihat.
Suara nyanyian kucing ini sangat penting bagi penelitian para ilmuwan. “Nyanyian güiña berfungsi sebagai kunci memahami lebih jauh spesies ini,” kata Sartore.
Kucing jantan ini menjadi yatim piatu pada usia 10 hari ketika seekor predator membunuh ibunya. Para aktivis satwa kemudian membawanya untuk dirawat di Fauna Andina, sebuah pusat konservasi satwa di Chile.
Baca: Kucing Merah Itu Terekam Kamera di Hutan Kalimantan Tengah
Kucing ini kini berusia dua setengah tahun dan telah begitu terbiasa dengan manusia dalam keseharian, sehingga sudah tidak memungkinkan lag untuk dikembalikan ke alam liar.
Menurut Fernando Vidal Mugica, pendiri Fauna Andina, suara-suara rendah yang terdengar berulang, kemungkinan merupakan ekspresi kesenangan atau kegembiraan. Sementara, suara meongnya mengabarkan keberadaan kucing ini kepada 7 güiña lain di pusat konservasi tersebut.
Sama seperti sepupu mereka yang lebih terkenal, güiña adalah pemangsa apapun yang bisa dia genggam lewat cakar kecilnya. Hewan pengerat, burung, mamalia kecil, dan kadang unggas, adalah contoh mangsanya.
Di masa lalu, guina dianggap sebagai hama yang membunuh hewan-hewan peliharaan petani. Mereka diburu dan dibantai. Tapi, upaya konservasi telah membantu mengurangi konflik manusia-satwa liar.
Baca: Inilah Cara Hadirkan 30 Satwa Liar di Rumah Kita dengan Google 3D
Ancaman terbesar spesies ini adalah hilangnya habitat dan deforestasi, kata Jim Sanderson, yang telah mempelajari kucing liar di Chile sejak 1997.
Menurut ADW, terdapat dua subspesies güiña: Leopardus guigna tigrillo dan Leopardus guigna guigna. Leopardus g. tigrillo ditemukan di wilayah Patagonia selatan dan dapat diidentifikasi dengan keseluruhan warna kulit pucatnya tanpa tanda bintik pada kaki.
Sementara Leopardus g. guigna ditemukan di Chile tengah dan dapat dikenali dari ukuran tubuhnya yang lebih kecil, warna lebih cerah, dan tanda titik pada kakinya.