- Burung Kowak malam abu atau dikenal juga dengan kowak malam kelabu (Nycticorax nyctcorax L.) dari famili Ardeidae merupakan jenis burung nokturnal alias aktif di malam hari
- Burung dengan ciri khas warna bulu kepala hitam kebiruan seperti mahkota ini hidup di habitat lahan basah, seperti di pohon bakau atau mangrove sebagai tempat istirahat di siang hari. Pada waktu senja, mereka terlebih dahulu berputar-putar di atas tempat istirahat sembari mengeluarkan suara koakan parau yang khas.
- Burung yang jadi penyeimbang ekosistem perairan ini memangsa berbagai jenis ikan, kodok, serangga air, ular kecil, bahkan juga tikus kecil dan cerurut, yang diburu disekitar sungai dan aliran air, tambak, rawa, persawahan dan padang rumput.
- Meskipun jenis burung ini umum mudah dijumpai dan mudah beradaptasi dengan aktivitas sekitarnya, tetapi populasinya bisa terancam karena kerusakan habitat hidupnya oleh aktivitas manusia.
Sekawanan burung tampak bergerombol bertahan di atas rimbunan hutan bakau. Mereka terlihat tenang meskipun angin datang menggoyang dahan dan dedaunan, seolah sedang bermain ayunan. Tatkala merasa terganggu, sebagian dari mereka terbang berputar-putar di atas tempat peristirahatannya. Namun, sebagian lagi masih tetap bertahan dengan mata yang terus awas.
Kwak..kwak..kwak.. suara mereka serak dan keras.
Itulah burung kowak malam abu atau dikenal juga dengan kowak malam kelabu bernama latin Nycticorax nyctcorax (L.). dari famili Ardeidae.
Burung ini punya ciri khas berbadan kekar, kepala dengan berukuran besar, berparuh hitam panjang dan runcing, iris mata berwarna merah. Kepalanya berwarna hitam kebiruan seperti mahkota, dengan dada dan lehernya berwarna putih. Memiliki kaki berwarna kuning, dan berubah menjadi kemerahan jika musim berbiak.
Punggung dan mantel berwarna hitam berkilau kehijauan atau kebiruan. Kemudian sayap dan ekornya berwarna abu. Tubuhnya berukuran 64 cm, dengan beratnya mencapai 800 g. Pada saat musim kawin sampai bertelur, burung ini mempunyai dua bulu putih hiasan yang memanjang dari belakang kepalanya hingga mencapai mantelnya.
Berbeda dengan yang dewasa, burung kowak malam kelabu saat usia remaja mempunyai bulu coklat kusam dengan bintik-bintik putih yang mencolok dengan iris mata berwarna kuning.
baca : Foto: Gagang Bayam Timur, Si Burung Migran Berkaki Panjang
Nokturnal
Burung ini disaat siang hari mereka memiliki kebiasaan beristirahat di atas pohon. Pada waktu senja, mereka terlebih dahulu berputar-putar di atas tempat istirahat sembari mengeluarkan suara kuakan parau. Saat malam hari, burung ini baru beraktifitas mencari makan.
Sesuai namanya, burung yang hidupnya berkoloni ini mempunyai sifat nokturnal. Aktif berburu mangsanya saat malam hari. Makanannya yaitu ikan, kodok, serangga air, ular kecil, bahkan juga tikus kecil dan cerurut. Burung ini memburu mangsanya disekitar sungai dan aliran air, tambak, rawa, persawahan dan padang rumput. Saat istirahat, sedikit sekali berinteraksi dengan satwa lain.
Burung kowak hidup berkelompok dengan dipimpin oleh suara satu burung pemimpinnya. Ketika pagi hari kelompok itu akan kembali ke habitatnya, sambil bersuara saling memanggil.
Alfian Adhi Chandra anggota Paguyuban Pengamat Burung Yogyakarta mengatakan, berdasarkan pengalaman ketika pengamatan di pantai Baros, Bantul, Yogyakarta. Burung yang dikenal juga dengan kowak maling ini relatif mudah ditemui, dan ketika siang hari cenderung tenang, terlihat anteng bertengger di atas pohon mangrove. Hal itu dikarenakan karakternya yang nokturnal. Jika merasa terganggu dia akan terbang.
“Saat mereka didekati mulai pada jakar sekitaran 10 meter sudah merasa terganggu, tapi mereka hanya terbang disekitaran lokasi tempatnya bertengger” ujar mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta itu.
baca juga : Di Tempat Asalnya, Si ‘Buruk Rupa’ ini Dijuluki Burung Neraka
Jika ingin memotret burung ini, lanjutnya, pemotret harus menggunakan pakaian yang tidak mencolok. Ketika menunggu juga harus dibalik tutupan pohon atau semak. Di Pantai Baros, saat dilakukan pengamatan yang banyak dijumpai yaitu individu muda. Kowak malam tersebut hidup berdampingan dengan burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis) dan blekok sawah (Ardeola speciosa).
Burung ini cenderung membuat komplek lokasi tersendiri untuk tempat bersarang. Menurut Alfian, hal itu berbeda dengan perilaku burung kowak malam yang ada di Arboretum Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta yang merupakan daerah perkotaan. Di tempat yang ada pohon tingginya itu burung kowak terpantau bersarang saling berdampingan dengan burung cangak abu (Ardea cinerea).
“Dari kebanyakan spesies Ardeidae yang saya temui di Jogja nampaknya kowak malam ini satu-satunya yang perilaku hidupnya nokturnal,” tambah pria 20 tahun ini kepada Mongabay pada Jumat (03/01/2019).
Meskipun jenis burung ini umum dan mudah dijumpai. Tetapi ancaman pasti akan tetap mempengaruhi keberlangsungan hidupnya. Diantaranya seperti pencemaran sampah, terutama sampah plastik. Pencemaran limbah berbahaya di habitat, dan juga perusakan dan degradasi habitat. Untuk itu, Alfian berpesan sudah selayaknya manusia harus tetap menjaga keberlangsungan burung kowak malam. Karena keberadaan burung ini juga bermanfaat untuk keilmuan.
menarik dibaca : Saat Hati Terpukau Cenderawasih, Sang Burung Surga dari Arfak [dengan: Video]
Habitat
Indonesia merupakan negara kepulauan, merupakan wilayah penting bagi jenis burung air, baik itu jenis penetap maupun ruaya. Salah satunya seperti kowak malam abu. Di sepanjang garis pantai dan hamparan lumpur serta mangrove, habitat burung-burung air melengkapi ekosistem lahan basah di Indonesia.
Wiharyanto dalam skripsinya berjudul Pemanfaatan Tumbuhan oleh Burung Liar di Kebun Ragunan Jakarta menjelaskan, tingkat keseringan burung liar menggunakan jenis tumbuhan merupakan salah satu kriteria untuk menunjukkan tingkat ketergantungan burung dalam menggunakan suatu habitat untuk melakukan aktivitas. Sementara luas habitat bisa mempengaruhi jumlah populasi dan bisa digunakan sebagai acuan untuk memprediksi jumlah dan presentase spesies yang akan punah ketika habitat alaminya dirusak.
baca juga : Dinyatakan Punah 136 Ribu Tahun Silam, Burung Ini Muncul Kembali
Ivana Grace Monica dalam tugas akhir bertema Keberadaan Burung Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax L., 1758) di Kampus IPB Darmaga membeberkan kelimpahan populasi burung kowak di suatu tempat dipengaruhi oleh kondisi habitatnya. Pada siang hari burung ini beristirahat, bertengger sambil merumuk dalam kelompok, di dahan-dahan atau di sela dedaunan pohon yang rimbun dan biasanya tidak jauh dari air.
Jumlah populasi burung kowak malam kelabu dalam grafik, lanjutnya, tidak hanya terpengaruhi oleh faktor pembangunan, tetapi juga faktor alamiah. Kelompok anakan burung kowak lebih sering melakukan aktivitas yang ringan seperti bermain atau berinteraksi dengan yang lain. Faktor dominan yang mempengaruhi preferensi strata atau struktur populasi burung adalah karakteristik bioekologi burung.
Keberadaan burung kowak malam kelabu memberikan dampak positif terhadap ekosistem. Misalnya sebagai penyeimbang ekosistem danau melalui rantai makanan dan kotorannya menyuburkan tanah.
perlu dibaca : Dewi Malia Prawiradilaga akan Terus Menemukan Jenis Burung Baru
Tumbuhan mangrove seperti pohon bakau (Rhizopora) jadi habitat burung ini, dengan bertengger di ranting-rantingnya dan berlindung disela rerimbunan daun-daunnya, melakukan pergerakan kecil seperti berpindah tempat, mengepakkan sayap, mengeluarkan suara, dan bermain dengan burung lain yang sejenis.
Hidup di pepohonan bakau menjadi ciri khas burung kowak malam yang menyukai tipe habitat yang dekat dengan perairan dan tumbuhan yang memiliki percabangan yang banyak serta ranting yang kuat. Hubungan tipe habitat sangat mempengrauhi kelangsungan hidup burung kowak malam kelabu. Habitat burung kowak malam kelabu bisa rusak karena aktivitas manusia. Namun, burung kowak dapat beradaptasi dengan banyaknya aktivitas di sekitarnya.