Bunga Rafflesia berwarna putih mekar di Bukit Sungai Saung Hilir Desa Pagar, Kecamatan Ulu Talo, Kabupaten Seluma, Bengkulu pada akhir Juni 2018. Puspa berdiameter 40-50 cm ini menjadi viral setelah Kepala Desa Pagar, Herman Suadi dan warga menyebarkan foto dan videonya melalui media sosial. Pakar Rafflesia dari Universitas Bengkulu, Agus Susatya langsung ke lokasi, meneliti bunga tak biasa itu, Senin (02/7/2018).
“Saya akan cek terlebih dahulu apakah ada laporan atau tulisan tentang kasus albino pada Rafflesia. Bila tidak ada dan kedepannya mekar lagi Rafflesia berwarna putih, kemungkinan merupakan jenis baru. Sepintas agak mirip dengan Rafflesia bengkuluensis, namun terdapat beberapa perbedaan. Selain warna, perbedaan yang cukup mencolok terkait ramenta (struktur yang menyerupai bulu). Nanti, akan saya perdalam lagi,” kata Agus di rumah Herman setelah mengumpulkan data di lokasi.
Di lokasi tersebut, Rafflesia berwarna putih yang pertama kali ditemukan warga pada Selasa (26/6/18) saat mencari umbut rotan, telah membusuk. Namun, berjarak satu meter dari bunga tersebut ditemukan dua calon bunga Rafflesia. Agus menyarankan agar Herman mengajak warga untuk menjaga kopula itu hingga mekar.
“Untuk sampai mekar membutuhkan waktu sekitar 7 – 8 bulan lagi. Mudah-mudahan mekar dan warnanya putih,” kata Wakil Ketua Forum Komunikasi Riset dan Pengembangan Rafflesia dan Amorphophallus ini.
Baca: Sudah Saatnya, Bengkulu Mendirikan Pusat Informasi Rafflesia
Potensi penemuan jenis baru Rafflesia di Indonesia memang terbuka lebar. Sejauh ini, jenis Rafflesia yang ditemukan di dunia baru berjumlah 31 jenis dengan 15 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia yang 11 jenisnya ada di Pulau Sumatera. “Masih sangat besar. Di Pulau Sumatera saja, habitat Rafflesia berada di sepanjang Bukit Barisan dari Aceh hingga Lampung,” ujar Agus yang merupakan penemu R. lawangensis, R. bengkuluensis dan R. kemumu ini.
Herman menambahkan, sudah tujuh kali Rafflesia mekar di Bukit Sungai Saung Hilir, kawasan 10 hektar yang dilindungi Peraturan Desa No. 4 Tahun 2014 Tentang Lestari Lingkungan Hidup. Namun, warna Rafflesia yang mekar sebelumnya adalah merah dan oranye atau warna umumnya Rafflesia. Ketika mengetahui Rafflesia yang mekar kali ini putih, Herman tergerak untuk mengajak warga menyebarluaskan foto dan videonya melalui media sosial.
“Agak aneh, makanya saya ajak warga untuk menyebarkan foto dan videonya. Kalau yang mekar sebelum-sebelumnya, merah dan oranye, kami sengaja tidak menyebarluaskannya. Termasuk bunga Kibut (Amorphophallus) yang sudah cukup sering mekar di Bukit Sungai Saung Hilir. Selama ini kami khawatir kalau disebarluaskan akan mengundang orang yang berniat untuk merusaknya,” kata Herman.
Setelah berdiskusi dengan Agus, pemikiran Herman untuk mengembangkan ekowisata dengan memaksimalkan potensi puspa langka (Rafflesia dan Amorphophallus), sungai, air terjun dan potensi alam lainnya kian matang. Dia berharap Rafflesia bewarna putih yang mekar ini merupakan jenis baru.
“Kalau spesies baru, desa kami punya keunikan tersendiri,” ujar Herman yang pernah diundang ke Istana Negara pada 2015, mewakili Desa Pagar yang terpilih sebagai Desa/Kelurahan Peduli Kehutanan Terbaik Tingkat Provinsi 2015.