500-an warga di Kalimantan Barat ditangkap TNI karena membuka lahan dengan membakar. Kini, mereka diserahkan ke polisi. Ada yang wajib lapor, sampai ditahan.
Sepekan terakhir kebakaran hutan terus terjadi di sekitar Danau Toba, di Tanah Batak. Data terakhir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencara (BNPB), setidaknya 2.400 hektar hutan di Samosir terbakar, belum kawasan lain.
Data Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) , hutan terbakar di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara dan Karo. Semua lahan terbakar persis di sekitaran Danau Toba.
Delima Silalahi, Koordinator Studi dan Advokasi Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), Selasa siang (30/8/16) mengatakan, sebenarnya kebakaran hutan di Tano Batak, sudah diamati sejak lama.
Hampir setiap kemarau, seputar Danau Toba kebakaran. Bedanya, dulu kebakaran hanya di Samosir dan Toba Samosir, sekarang meluas ke Simalungun, dan Tapanuli Utara hingga Karo.
Di Dolok Tolong Balige, Tapanuli Utara (Taput), dan Danau Toba Samosir, kata Delima, langganan kebakaran setiap tahun. Sianjur Mula-mula, dan Tele, katanya, juga bagian langganan kebakaran.
Kondisi ini, katanya, karena pengetahuan dan penyadartahuan masyarakat rendah untuk tak membakar sekitar perbukitan.
Data KSPPM, setidaknya 2.000 hektar lebih perbukitan dan hutan di seputar Danau Toba kebakaran. Seharusnya, dengan kebakaran hebat ini, pemerintah daerah sigap segera menetapkan darurat kebakaran.
“Juga harus ada pendidikan penyadartahuan kepada masyarakat, untuk tak membabar lahan.”
Tanda-tanda agar tak membakar hutan juga tak ada. Daerah Sihotang dan Bukit Tele di Samosir, merupakan hutan yang sama sekali tak ada peringatan larangan membakar.
“Pengawasan pemerintah daerah masih lemah, di dalam ada dinas kehutanan. Kecil sekali sosialisasi dan penyadartahuan. Posko tanggap bencana tak ada. Kami sempat lihat ada titik api, tapi mau lapor kemana,” ucap Delima.
Dia mengatakan, titik-titik rawan kebakaran ada di Samosir yaitu Tele, Sianjur Mula-mula, Sihotang, Dolok Tolong, Kota Balige, Taput, Huta Ginjang, Taput.
“Harusnya antisipasi sejak awal.”
Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, tampak tak menjadi penbelajaran bagi pemerintah daerah.
“Apa sih kerja pemerintah daerah? Turun dong ke bawah, jangan hanya di kantor. Ini asap sudah mengganggu masyarakat Tano Batak. Ribuan hektar terbakar tetapi darurat kebakaran hutan belum dikeluarkan. Aneh kan?”
Sementara itu, Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saat di Samosir, belum lama ini mengatakan, data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sumatera bagian tengah paling kering.
Dalam 10 hari, bisa-bisa tak ada hujan atau hanya ada hujan satu hingga dua hari.
“Yang Kalimantan sebetulnya lebih parah. Jambi sudah mengeluarkan darurat, kalau Kalimantan Barat sudah duluan. Daerah sudah bagus dengan peran-peran satgas terpadu.”
Khusus Sumatera Utara, Siti terus memantau langsung dan turun ke lokasi kebakaran di seputaran dan tepian hutan Danau Toba. Terpantau banyak kebakaran lahan.
Karhutla di Danau Toba, katanya, kebanyakan masyarakat membakar jagung, jerami dan sampah serta bakar lahan hingga menjalar ke pinggir hutan.
Titik api Kalbar masih tinggi
Sementara itu, pantauan satelit MODIS 156 hotspot tersebar pada 21 provinsi di Indonesia Rabu (31/8/16) pukul 07.00. Di Riau tak ada, tetapi Kalimantan terpantau 48 titik api. Di Jawa Barat, ada 14 hotspot, berasal dari pembakaran jerami pasca panen padi sawah tak memberikan dampak lingkungan berarti.
Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, karhutla Riau berhasil dipadamkan. Pantauan satelit maupun patroli udara menunjukkan tak ada yang terbakar.
“Asap tipis masih mengepul dari lokasi-lokasi terbakar sebelumnya. Nihilnya hotspot ini menyebabkan kualitas udara Riau baik. Seluruh pengukuran kualitas udara di Sumatera hasil menggembirakan,” katanya, dalam rilis.
Sutopo mengatakan, Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Pekanbaru, Kampar, Pelalawan, Siak, Dumai, Rokan Hilir, Bengkalis, Kepri, Palembang, Aceh dan Jambi, kurang 50 psi.
“Jumlah hotspot menurun, dan sebaran asap di Riau, dapat diatasi,” kata Menteri LHK, Siti Nurbaya.
Menurut dia, beberapa daerah sempat diselimuti asap beberapa hari lalu karena area terbakar meluas. “Menjelang siang hari, kualitas udara hampir di seluruh daerah Riau terus membaik.”
Tak hanya Riau, dia juga fokus penanganan karhutla di Kalbar, Kalteng dan daerah lain.
Berbeda dengan Riau, Kalimantan Barat, masih membara. Terditeksi 48 hostpot dari satelit MODIS Rabu (31/8/16). Sebagian besar hotspot dari pembukaan kebun di Sanggau. Ada juga titik api di Landak, Kubu Raya dan Sambas.
Pencegahan dan pemadaman karhutla terus berjalan. Dari 14 kabupaten dan kota di Kalbar, katanya, sembilan menetapkan siaga darurat karhutla, yakni Kubu Raya, Mempawah, Landak, Bengkayang, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu.
“BNPB mengerahkan dua heli water bombing dan satu pesawat hujan,” kata Sutopo.
500 warga ditangkap di Kalbar
Sampai Rabu, sekitar 576 orang pembuka lahan dengan membakar ditangkap aparat TNI dari Kodim serta diserahkan kepada kepolisian di Kalbar.
Mereka ini, tujuh orang ditangkap Kodim 576/MPH (Mempawah), 30 orang diamankan Kodim 1205/SKW (Singkawang), dua orang oleh Kodim 1203/KTP (Ketapang), 386 orang Kodim 1204/SGU (Sanggau), 48 orang Kodim 1209/STG (Sintang), 68 orang Kodim 1206/PSB (Putussibau) dan 35 orang Kodim 1207/BS (Kubu Raya).
Pelaku, katanya, ada yang wajib lapor, membuat pernyataan, sampai ditahan.
KSPPM mencatat setidaknya ada 2.000 hektar lahan di Tano Batak yang berdekatan dengan Danau Toba terbakar. Foto: Ayat S Karokaro